Tiada Hati, Ginjal Pun Jadi

Posting by : Ongki sang jagoan blog on Minggu, 31 Januari 2010

By : ????

Sinar mentari muncul dari ufuk timur, terdengar suara ayam jago berkokok. Suara mobil dan riuh ramai orang-orang berangkat ke pasar tak mau kalah dengan suara ayam jago. Di dalam sebuah kamar kecil disuatu rumah terlihat seorang gadis sedang tertidur, tiba-tiba terdengar ada yang mengetok pintu sambil memanggil-manggil namanya.

“ Ezra, bangun sayang sudah pagi nih!! kamu harus sekolah khan ?Ayo cepet bangun.” suara mama Ezra membangunkan Ezra dari mimpi indahnya.

“ Ya Ma, sebentar lagi Ezra bangun masih ngantuk nih." kata Ezra menolak.

“ Kamu harus sekolah khan, nanti Oriz keburu datang lho." kata mama Ezra.

" Ya. Ma, Ezra bangun nih." kata Ezra sambil dengan bangun dari tempat tidurnya.

Setelah siap Ezra kemudian keluar dari kamarnya dan menuju ruang makan. Di ruang makan terlihat mama dan papa Ezra sudah siap menyantap hidangan yang ada di meja. Kemudian Ezra duduk di kursi yang kosong. Setelah selesai menyantap hidangan sarapan, Ezra menunggu temannya yaitu Oriz temen sekelasnya di SMA sekaligus tetangganya. Setiap hari Ezra dan Oriz berangkat bersama. Mereka berdua bersahabat dekat sejak dari SMP. Dari luar rumah terdengar suara motornya Oriz, akhirnya Oriz datang juga. Ezra segera keluar rumah dan segera berangkat ke sekolah.

Terdengar suara bel dari sebuah SMA Negeri di pinggir kota, yang menandakan waktu masuk kelas dan dimulainya pelajaran pertama. Ezra dan Oriz duduk tenang sembari menunggu guru datang. Pelajaran hari ini berjalan seperti hari-hari biasa. Waktu istirahat tiba murid-murid berhamburan keluar menuju kantin dan tempat-tempat yang mereka sukai. Terlihat Ezra mondar-mandir kebingungan, melihat tingkah aneh Ezra, Oriz menghampiri Ezra.

" Ada apa Zra kamu kok mondar-mandir kayak kebingungan gitu ?." tanya Oriz.

" Riz, ada sedikit masalah nanti pulang sekolah aku mau ngomong sebentar sama Tristan ya, kamu tunggu aku ya." kata Ezra.

" Kamu mau ketemu sama Tristan ? kamu kan gak boleh ketemu sama Tristan, mama kamu kalo sampe tau bisa gawat Zra." kata Oriz.

" Jangan sampai mama tau, kamu jangan bilang sama mama ya, Please!!." Ezra memohon sama Oriz.

" Iya deh, aku gak akan kasih tau mama kamu tapi jangan lama-lama ya aku hari ini ada les." kata Oriz.

" Makasih ya Riz, kamu memang teman baikku." kata Ezra dengan merayu.

" Tapi Zra aku bingung deh ma kamu. Sebenarnya ada hubungan apa sih kamu sama Tristan, temen bukan pacar bukan. Kalau teman kalian itu dekat banget setiap hari ketemu, tapi kalau pacar khan gak mungkin kamu khan udah punya pacar di Jakarta." kata Oriz kebingungan.

" Aku sama Tristan itu cuma sahabatan Riz, kamu jangan pikir macam-macam ya." kata Ezra.

Bel tanda pelajaran usai berbunyi, murid-murid berhamburan keluar untuk pulang. Oriz masih duduk di bangkunya , dia lihat bangku Ezra sudah kosong, mungkin Ezra sudah pergi menemui Tristan.

Dibelakang kelas terlihat Ezra dan Tristan duduk berdua bagai sepasang kekasih, tapi mereka bukan sepasang kekasih. Mereka kelihatan sedang bebicara serius.

" Zra, aku mau curhat nih ma kamu, ini masalah yang selama ini aku pendam dan aku pingin ngomong sama seseorang supaya dapat mengurangi sakitku." kata Tristan.

" Emang kamu ada masalah apa Tan, kok kayaknya serius banget.' kata Ezra.

" Zra, sebenarnya aku punya penyakit gagal ginjal dan akhir-akhir ini penyakitku tambah parah." kata Tristan.

" Apa Tan, kamu bercanda ya. Kamu punya penyakit gagal ginjal, kenapa kamu gak bilang sama aku Tan, kita udah sahabatan cukup lama, setiap waktu kita lalui bersama. Setiap aku ada masalah aku selalu cerita sama kamu dan sekarang kamu baru bilang kalo kamu punya penyakit separah itu." kata Ezra sambil meneteskan air mata.

" Maafin aku Zra, tapi aku gak mau semua orang mengkhawatirkan aku dan mereka sedih melihat keadaanku. Aku mau ngomong jujur sama kamu Zra. Sejak kamu datang dalam hari-hariku entah kenapa rasa sakit yang selama ini aku rasakan menghilang dan aku tahu ini salah tapi aku sangat mencintaimu." kata Tristan sambil kesakitan menahan rasa sakit akibat penyakitnya.

Serentak Ezra berdiri dari tempat duduknya dan dia meneteskan air mata.

" Tan, kita ini sahabat. Aku menganggap kamu itu sahabatku yang terbaik. Aku gak menyangka kamu akan mengucapkan ini sama aku. Aku kecewa sama kamu Tan. Aku kecewa banget, ma kamu …." kata Ezra sambil berlari pergi meninggalkan Tristan.

Sambil menahan rasa sakit Tristan mencoba untuk berdiri dan mengejar Ezra. Tristanpun tersungkur ke bawah dan terus memegangi perutnya.

Ketika sampai di dalam kelas Ezra menangis tak henti-hentinya. Melihat hal itu Oriz mendekatinya dan menanyakan kejadian apa yang terjadi. Ezrapun menceritakan semua kejadian yang tadi dia alami.

" Sudahlah Zra kamu yang sabar ya. Ini semua ujian dari Allah buat kamu." kata Oriz.

" Tapi aku harus gimana Riz? Tristan suka sama aku padahal aku sudah punya Andes yang sebentar lagi aku sama Andes akan tunangan, tapi jika aku menolak Tristan gak mungkin Riz, Tristan punya penyakit yang cukup parah, aku gak tega buat meninggalkannya." kata Ezra.

" Aku juga bingung Zra, maaf aku gak bisa kasih saran sama kamu, tapi kamu harus yakin sama kata hatimu saja." kata Oriz.

Sampai di rumah Ezra langsung masuk ke rumah tiba-tiba mama Ezra memanggil Ezra.

" Ezra, sini sayang mama mau kasih kejutan sama kamu." kata mama Ezra.

" Kejutan apa sih ma, Ezra capek nih mau istirahat." kata Ezra.

" Lihat tu siapa yang ada di ruang keluarga." kata mama Ezra.

" Siapa sih ma?" tanya Ezra penasaran.

Sesampainya di ruang keluarga betapa kagetnya Ezra melihat seorang yang duduk di sofa, orang yang tidak asing lagi, orang yang sangat ia rindukan.

" Kak Andes ……" kata Ezra dengan memaku ditempat ia berdiri.

" Surprise!!! Apa kabar sayang?" kata Ezra dengan wajah kebingungan.

" Aku sengaja menyelesaikan skripsi lebih awal agar bisa segera ketemu sama kamu." kata Andes sambil duduk.

" Tapi kak." kata-kata Ezra dipotong oleh Andes.

" Emang kenapa sayang? Kamu gak senang ya aku datang kemari?" kata Andes.

" Gak gitu kak, tapi aku kaget aja kakak tiba-tiba datang gak kasih kabar sama aku." kata Ezra.

" Aku maksa sama mama datang kesini, kita mau bicarakan rencana pertunangan kita." kata Andes.

Betapa kagetnya Ezra mendengar pernyataan Andes itu. Hati Ezra makin bergejolak bagai ombak yang berdesir di pantai. Tiba-tiba terdengar bunyi Hp Ezra dari dalam tas. Ezra kemudian menerima telpon dari Hp-nya.

" Halo, Assalamu'alaikum." Ezra terdiam mendengar suara dari seberang dan muka Ezra kelihatan panik dan sedih.

" Apa, Tristan masuk rumah sakit, ya aku akan segera kesana." kata Ezra dengan keras hingga Andes bingung mendengarnya.

" Ada apa sayang ? siapa itu Tristan ? apa yang terjadi sama dia ?" tanya Andes kebingungan.

" Nanti saja aku ceritakan di rumah sakit ya kak." kata Ezra sambil mengajak Andes pergi ke rumah sakit.

Sesampainya di RS Ezra segera mencari kamarnya Tristan. Di depan kamarnya Tristan terlihat mama dan papanya Tristan dan kakak perempuanya Tristan yang tadi menghubunginya.

" Kak, gimana keadaan Tristan ?" tanya Ezra kepada kakaknya Tristan.

" Keadaannya kritis, kata dokter dia harus segera transplantasi ginjal namun sampai sekarang tidak ada ginjal yang cocok buat dia." kata kakaknya Tristan.

Ezra langsung tersungkur ke bawah. Andes kemudian menenangkan Ezra.

" Sayang, sudahlah jangan bersedih, Tristan pasti baik-baik aja." kata Andes yang tadi sudah tahu cerita tentang Tristan.

" Kak Andes, aku belum ceritakan sesuatu sama kakak tentang Tristan. Tadi siang Tristan bilang sama aku kalo dia mencintaiku, tapi aku menolaknya hingga dia menjadi sakit seperti ini." kata Ezra sambil menangis menyesali kejadian tadi siang.

Tiba-tiba kakaknya Tristan menghampiri Ezra dan Andes.

" Ezra , maaf jika mengganggu, sejak tidak sadarkan diri terus mengigau nama kamu. Oleh karena itu, aku mencari nama kamu di Hp-nya dan aku menyuruh kamu datang kemari. Mengkin yang bisa menyembuhkan Tristan hanya kamu Zra. Aku mohon sembuhkan Tristan." kata kakaknya Tristan sambil memohon kepada Ezra.

" Aku gak bisa menyembuhkan Tristan kak, aku bukan Tuhan yang bisa menyembuhkan orang." kata Ezra sedih.

Ezra kemudian minta izin untuk bicara berdua dengan Andes.

" Kak Andes, aku mau minta izin, Tristan adalah sahabat baikku, dia butuh donor ginjal, aku ingin sekali mendonorkan ginjalku padanya karena aku merasa bersalah gak bisa membalas cintanya. Kak aku mohon izinkan aku mendonorkan ginjalku ya." kata Ezra sambil menangis.

" Meski aku sangat cemburu mendengar dia mencintai kamu, tapi betapa berdosanya aku jika aku melarangmu menolong nyawa orang lain apalagi dia adalah sahabatmu." kata Andes dengan bijaksana.

" Makasih kak, aku sangat bangga dapat menjadi kekasih kakak." kata Ezra dengan gembira.

Kemudian Ezra menemui kakaknya Tristan dan mengatakan tujuannya untuk mendonorkan ginjalnya kepada Tristan. Lalu Ezra diperiksa oleh dokter untuk melihat apakah ginjalnya cocok untuk Tristan. Ternyata setelah diperiksa oleh dokter, ginjal Ezra cocok untuk Tristan. Namun Ezra tidak bisa langsung mendonorkan ginjalnya, besok operasi transplantasi ginjal akan dilakukan.

Akhirnya operasipun tiba, hati Ezra berdebar sangat kencang, ia sangat gugup saat ini namun semua keluarga berkumpul di RS untuk mendukung Ezra. Operasipun berjalan dengan menegangkan. Andes dan keluarganya serta keluarga Tristan menunggu dengan cemas. Pintu operasipun terbuka, dokterpun keluar dari ruang operasi. Dokter mengatakan operasi berjalan dengan lancar dan sukses. Semua keluarga yang menunggu operasi merasa lega dan gembira operasi bisa berjalan dengan lancar.

Seminggu setelah operasi Tristan sudah membaik, namun dia belum tahu bahwa yang mendonorkan ginjalnya adalah Ezra. Keadaan Ezrapun baik dan dia bersama Andes menjenguk Tristan di RS. Melihat Ezra dengan Andes wajah Tristan menjadi murung dan cemburu.

" Hai Tan, gimana keadaanmu ? baik-baik aja kan." tanya Ezra.

" Aku baik-baik aja, mau apa kamu datang kemari ?" kata Tristan.

" Aku hanya mo mengucapkan selamat tinggal sama kamu. Aku mau bertunangan dengan kak Andes dan aku harus pergi ke Jakarta dan meneruskan sekolahku disana. Maafkan aku Tan aku tidak bisa memberikan hatiku kepada kamu, tapi aku hanya bisa memberikan ginjalku kepada kamu, selamat tinggal." kata Ezra sambil meninggalkan Tristan.

Betapa kagetnya Tristan mendengar kata-katas Ezra yang ternyata mendonorkan ginjal kepadanya adalah Ezra. Tristan mencoba bangkit dari tempat dia berbaring, namun badannya masih sedikit lemah. Meski hati Tristan sangat sakit melihat cintanya ditolak namun Tristan merasa beruntung dapat memperoleh ginjal dari orang yang sangat dicintainya. Ginjal ini akan terus menemaninya dan akan menjadi bagian dari tubuhnya.

{ 0 Coment... read them below or add one }

Posting Komentar