Mawar Merah Yang Terakhir

Posting by : Ongki sang jagoan blog on Minggu, 21 Februari 2010

By  :  Efa - 2008

Hari-hariku terus berjalan, melewati waktu yang terus bergulir, seakan tak pernah berhenti. Kini aku melintasi waktu bersamaBoy. Meski aku dan Boy jarang bertemu pandang. Hanya di taman sudut kotalah kami dapat saling mencurahakan hati. Meski begitu aku bahagia kok Boy… Aku bahagia bisa jalan bersamamu. Bersama menikmati indahnya cinta dan bunga mawar yang selalu kau bawakan untukku…

“Hebat kamu Boy… Dapat duit berapa kamu kemarin?”.

“Iya Boy… padahal musuh kamu, si Andi itu hebat banget lho!”.

Aku mendengar percakapan dan kata-kata pujian dari teman-teman Boy, ketika aku melintas di depan ruang kelasnya. Ah Boy… ternyata kamu belum juga mau berubah. Apakah tak kau sadari, aku selalu mengkhawatirkanmu, setiap kali kau melintas cepat di jalan beraspal itu. Sampai kapan kau melakukan itu Boy? Aku tak kuasa untuk terus menanti kapan kamu akan berhenti. Boy… cepatlah berhenti!

*** Minggu 6 Juni 2007***

“Kemarin aku menang lagi, jadi aku bisa membeli buku-buku baru untuk tahun ajaran ini. Dan selebihnya akan ku tabung”. Kata Boy membuka kata pada pertemuan kami kali ini.

“Iya aku sudah tahu”. Sahutku dingin. “Boy… kapan kamu akan berubah?”. Boy menghela nafas panjang ketika aku melontarkan pertanyaan itu.

“Entahlah Ngie, aku sendiri juga tak tahu. Tapi aku janji suatu saat aku pasti berhenti!”.

“Iya Boy, tapi kapan?”.

“Sudahlah jangan di bahas lagi soal itu.Yang penting aku masih bisa bersamamu dan aku masih bisa membawakan bunga mawar untukmu.” Ujar Boy sambil mencolek ujung hidungku.

Tak pernah lupa, Boy selalu membawakan aku setangkai bunga mawar di setiap kali aku menemuinya di taman ini. Entah sudah berapa banyak bunga mawar yang dibawakannya. Karena aku sudah jalan bersamanya sejak setahun yang lalu. Di bangku bercat hijau itulah, aku dan Boy selalu mengahabiskan waktu Minggu sore, yang selalu meninggalkan kenangan indah untukku. Seindah cinta dan bunga mawar yang diberikannya padaku.

*** Minggu 8 Agustus 2007***

Seperti Minggu-minggu biasanya, aku selalu menanti Boy di bawah rindangnya pohon beringin di taman sudut kotaku. Waktu telah bergulir kedepan, dan tanpa kusadari kupu-kupu pun beranjak pergi. Namun Boy belum juga menampakkan diri. Ku coba menantinya dan terus menanti…

“Maafkan aku Ngie, aku membuatmu menunggu lama!”. Ucap Boy sambil memberikan setangkai bunga mawar yang dibawanya.

Kuterima bunga itu, namun aku heran ketika melihat wajahnya yang kusut dengan sebuah senyum yang terpaksa dia lebarkan.

“Kenapa kamu Boy?”.

Boy tak menjawab, meski aku telah bertanya beberapa kali, mungkin saja lukisan wajah itu nampak karena dia kalah dari permainan kemarin.

“Aku bingung Ngie, ibuku seharian mengomel.Dia kurang setuju aku terjun dalam pekerjaan ini!”. Ujarnya dengan mimik begitu sedih.

“Semua pasti kurang setuju, meski hasilnya juga untuk kebaikan keluargamu. Karena nyawa yang kamu pertaruhkan Boy!”.

Aku tak bisa meneruskan kata-kataku, karena kau tahu, kini persaannya sedang berkecamuk, akhirnya aku mengajaknya berbincang hal yang lain, agar dia sedikit melupakan senua beban beratnya itu. Hingga matahari mulai beranjak pulang ke peraduan. Aku mengajak Boy bergegas pulang. Meski aku tahu betapa berat langkah kakimu itu Boy…

“Wah hebat banget kamu Boy! Aku tak pernah menyangka, kamu bisa menang melawan Si Hendri, anak sombong itu”.

“Iya… biar tahu rasa dia, memangnya dia saja yang jagoan!. Mentang-mentang dia banyak duit”.

“Eh… ngomong-ngomong, Si Hendri kemarin “tumpah” di tikungan terakhir ya?”. Tanya Si Gendut.

“Hei Gendut, kamu ini kuper banget ya? Kemana saja kamu kemarin?”.

“Hu….hu…hu…”. Suara dalam kelas Boy menjadi riuh.

Tidak hanya satu atau dua kali itu saja, aku mendengar percakapan semacam itu, dari teman-teman Boy. Dan setiap aku mendengar ada yang “tumpah” darahku selalu berdesir. Berharap itu takkan terjadi pada Boy. Aku juga tahu, mungkin hal itu jugalah yang dikhawatirkan Ibumu Boy!. Sadarlah Boy… semua orang disekitarmu selalu mengkhawatirkanmu saat kau nekat turun di jalan beraspal itu.

Boy… kapan kamu akan menepati janjimu untuk berhenti? Aku tak bisa mengijinkanmu bertaruh nyawa di setiap lintasan itu, demi apapun…

*** Minggu 3 Oktober 2007 ***

“Hai Angie… aku kira kamu tak datang. Aku disini sudah agak lama lho!”. Boy menyapaku duluan ketika aku menghampirinya ditempat biasa, di sebuah bangku di taman sudut kota.

“Maaf Boy, pekerjaan dirumahku belum selesai, jadi aku tak bisa pergi sebelum semua beres”.

“Ya, aku tahu itu kok”. Boy tetap tersenyum menatapku.

“Boy, apa ibumu sudah baikan?”.

“Aku semalam tak pulag ke rumah Ngie!”. Aku tak melanjutkan pertanyaanku, bertambah bencinya aku dengan pekerjaan yang kau ambil ini Boy. Karena ini semua telah membentuk sebuah jarak antarakau dengan ibumu dan adik-adikmu, juga aku.

“Angie, kemarin aku menang lagi, kali ini aku ingin mengajakmu membali alat yang akan kita pakai untuk praktek besok”. Ujar Boy.

“Nggak usah Boy, aku bisa pakai punya kakak”. Jawabku cuek.

Sejenak aku dan Boy terdiam, larut dalam pikiran masing-masing. Pikiranku berkecamuk tak tetu, antara “Iya” atau “Tidak”. “Iya” berarti aku harus mengijinkan Boy untuk terus balapan. Tapi sampai kapan pun aku tak pernah bisa mengijinkan Boy untuk itu. “Tidak” berarti aku melarang dan memintanya lagi untuk berhenti. Tapi aku juga tak bisa untu melarangnya, Boy butuh biaya untuk sekolahnya dan keperluan sehri-harinya. Belum lagi kedua adik Boy yang masi kecil. Merka butuh biaya untuk sekolah, dan itu semua tidak sedikit…

“Maafkan aku Ngie, aku selalu membuatmu khawatir. Tpi aku janji kok Ngie, suatu saat aku pasti berhenti dan aku akan mencoba mencari pekerjaan lain untuk biaya sekolahku”. Boy mencoba menenangkan hatiku saat dia tahu, aku selalu gundah ketika bicara masalah balapan liarnya.

“Ya, tapi kapan? Sudah berapa kali kamu janji untuk berhenti! Aku tak mau terjadi sesuatu yang buruk pada dirimu”. Dengan suara tinggi kau menatap dalam wajahnya. Boy tak menjawab. Matanya menerawang memandang langit disisi barat yang mulai berubah warna jingga.

“Hari sudah sore Ngie, kita pulang saja yuk…!”. Boy berdiri dan menggandeng tanganku. Sambil menelusuri jalan setapak di taman kota.

Aku dan Boy terus berjalan menelusuri jalanan kotaku yang mulai gelap. Lampu-lampu di jalan mulai menyala, kendaraan yang lalu lalang juga mulai menyalakan lampunya. Pertand hari mulai berganti malam. Aku dan Boy berpisah setelah melewati tikungan jalan Fourteen. Karena memang rumah kami tak searah. Aku masih sempat melirik kearahnya, saat kami berpisah. Boy aku sayang kamu…

Kini hampir setahun sudah kita berjalan bersama. Begitu banyak cinta dan bunga mawar yang kau bawakan untukku. Aku tahu Boy, selama ini juga kau seperti hidup dalam dua sisi. Kau seperti hidup dalam dua dunia yang tak bisa kau tinggalkan. Antara aku dan lintasan balapmu yang telah memberikan kau penghidupan. Tapi kau sudah berjanji untuk meninggalkannya kan Boy?. Kau pun juga pasti tahu, kenapa aku begitu berat mengijinkanmu untuk bertaruh nyawa di lintasan beraspal itu.

“Untuk para siswa yang belum melunasi tanggungan sekolah, harap segera melunasi sebelum menghadapi ujian akhir”

“Hai Boy, kamu sudah membaca pengumuman di papan belum?”. Tanya Erick sambil menepuk pundak Boy yang sedang duduk di taman sekolah .

“Sudah, memangnya kenapa?”. Jawab Boy datar.

“Kamu butuh duit gak, untuk bayar sekolah besok? Aku tahu kok, kamu belum bayar uang sekolah kan?”. Erick terus bicara. Dia tak menghiraukan teman-teman yang berjalan lalu lalang disamping tempat duduknya.

“Maksud kamu apa Rick?”.

“Ah…kamu ini pura-pura tak tahu saja. Si Hendri tuch nantangin kamu lagi, kalau kamu menang, duitnya gede lho…”. Mendengar kata-kata Erick, Boy terdiam.

“Iya libas saja, tapi apa si Hendri punya duit?”. Si Gendut mulai ikutan bicara.

Boy mulai menoleh kearahku, yang sejak tadi aku duduk terdiam disampignya. Ku tahu, Boy meminta jawaban dariku. Sepatah kata pun tak terucap dari bibirku. Aku berdiri dan meninggalkan Boy. Sebelum dia meminta jawabanku dengan kata-kata.

“Sudahlah Boy, jangan pikirkan dia, cewek memang begitu”. Aku masih sempat mendengarkan kata-kata itu. Entahlah Boy aku tak bisa menjawabnya… Aku hany bisa berharap, kau bisa memberikan yang terbaik untuk kita berdua.

*** Minggu 22 Mei 2008 ***

“Minggu depan aku harus turun lagi Ngie”. Boy menggenggam tanganku ketika dia mengatakan itu. Aku terdiam menghela nafas panjang dan tak tahu harus menjawab apa. Lama aku dan Boy terdiam.

“Untuk bayar tanggungan sekolah? Apa tabunganmu sudah habis Boy?”. Akhirnya aku mulai bicara.

“Sudah habis Ngie, karena kedua adikku juga butuh biaya untuk sekolah, kamu kan tahu kalau ibuku hanya seorang janda penjual kue pasar. Jadi nggak mungkin cukup untuk semuanya”.

“Jadi kamu tetap turun dan ikut taruhan sama anak-anak?”.

“Iya Ngie, tapi selama ini aku belum pernah ikutan taruhan. Dari pada buat taruhan lebih baik kan buat kebutuhan yang lain. Aku Cuma joki bayaran, kalau aku menang aku dapat bayaran, tapi kalau pun aku kalah, aku juga masih dapat meskipun cuma sedikit”.

“Apa nggak bisa dengan cara lain?”.

Dia hanya bisa bilang, “Kalaupun bisa kenapa aku harus turun” katanya dia juga nggak mau selalu buat aku dan ibunya khawatir.

“Cuma itulah satu-satunya cara. Kalau aku menang, kurasa bayaranku cukup untuk menutup semua tanggunganku. Kalaupun kalah… ya, gimana lagi”. Boy mengakhiri kata-katanya sambil mengangkat bahu.

Aku hanya bisa terdiam dan tertunduk mendengar kata dan alasan Boy yang tak mungkin bisa aku sangkal. Sudah berapa kali dia berjanji padaku, tapi kapan janji itu akan dia tepati?

“Tolonglah Ngie, selama ini kamu tak pernah kasih aku izin. Untuk satu kali ini saja!”. Boy memandang wajahku penuh harap. Aku tetap diam, tak ada kata-kata yang terucap darikulagi. Aku masih diam dan akhirnya…

“Baiklah… tapi untuk satu kali ini saja. Dan aku minta kamu benar-benar berhenti dari pekerjaan itu, apa pun resikonya nanti.

Boy tersenyum gembira, mendengar semua kata-kataku yang berarti aku memberi izin untuknya. Entah perasaan apa yang berkecamuka dalam hatiku, saat aku mengizinkannya untuk bertaruh nyawa di lintasan balapan itu demi sekolahnya, demi kedua adiknya dan demi hidupnya. Entahlah… aku sendiri tak pernah tau.

“Ya… aku janji, biar semua kupu-kupu, bunga-bunga dan bangku singgasana kita ditaman ini menjadi saksi”. Sambil berkata itu Boy menyelipkan bunga mawar di rambutku.

Sebelum dia selesai menyelipkannya di rambutku, aku langsung menyambar bunga itu dari tangan kanannya.

“Alaaaah, gak usah sok romantis kamu. Aku tahu kok, kamu palinga gak bisa untuk itu”. Senyum Boy serta perasaan malu masih tampak jelas ketika aku berkata itu. Meski Boy berusaha untuk menutupinya.

“Ya sudah, aklau begitu kita pulang saja yuk! Kamu kan…”.

“Ya… aku memang PRT, PRT yang tak pernah di agji”. Aku langsung menyahut kata-kata guyonan Boy begitu saja.

Langit disisi barat memang sudah berubah warna jingga, saat aku dan Boy beranjak dari taman sudt kota itu. Kami melangkah pergi hendak pulang keperaduan masing-masing. Boy… aku harap merasakannya, betapa aku sangat menyayangimu…

 

*** Minggu 29 Mei 2008 ***

Aku menyusuri jalan di taman sudut kota itu yang selalu terasa indah untukku, taman sudut kita yang selalu menjadi taman istana cintaku dan Boy. Bersamamu… aku merasakan kebahagiaan yang sempurna Boy…

Di bangku di taman kota itu aku tak melihat Boy yang biasanya duduk menantiku. “Mungkin Boy belum datang”. Ucapku dalam hati. Karena biasanya memang aku dulu ayng lebih awal tiba di taman. Pandangan mataku tiba-tiba tertuju pada bunga mawar yang terletak diatas sebuah bangku berwarna hijau yang biasanya menjadi saksi pertemuanku dengan Boy. Aku merasa bunga itu dari Boy.Ternyata Boy sudah tiba lebih awal, tapi kemana kau Boy…?

Aku merasa bingung, aku juga baru sadar ketika aku memungut buna mawar dari bangku taman yang ternyata terselip secarik kertas kecil di ujung tangkai bunga itu.

“ maaf ngie, aku tak sempat menunggumu”.

Terbaca jelas tulisan itu olehku. Kenapa kau tak sempat menungguku Boy? Ada apa… Apa mungkin kau telah lebih dulu berangkat ke lintasan balapmu sebelum aku tiba? Aku rasa memang karena itu Boy, Hingga kau tak sempat menungguku.

Aku tak mengerti apa yang telah Boy lakukan. Mengapa dia tak sempat menungguku kala itu. Ternyata sesuatu hal telah terjadi…

*** Minggu 5 Juni 2008 ***

Kini aku sendiri, duduk di bangku taman sudut kota. Tak ada lagi bunga mawar yang selalu manemaniku menjalani hari-hari yang selalu tersa indah saat bersamamu. Bunga-bunga mawar yang kau tanam tak mungkin bisa lagi aku nikmati di taman ini. Taukah kamu Boy, bunga-bunga mawar yang kau tanam itu pasti bertanya dan berkata

“Aku sudah mekar dengan indah, kenapa Boy belum juga memetikku, kemana Boy pergi?”. Bunga-bunga mawar itu takkan pernah tahu jawaban pertanyaan mereka, karena mereka takkan pernah tahu apa tang telah terjadi pada dirimu, hingga mereka layu dan mengering. Lintasan beraspal itu telah merenggut cita, cinta, dan harapanku bersamamu

Tahukah kamu Boy, aku masih menyimpan bunga mawar terakhir darimu, meski kini bunga itu juga mulai layu dan mengering, seperti apa yang telah terjadi pada air mataku yang telah mengering, karena aku tak ingin kau pergi meninggalkan aku dan semua orang yang berada disampingmu serta menyayangimu.

Ternyata kau benar-benar tak sempat menungguku lagi.

Ternyata kau benar-benar menepati janjimu. Meski dengan cara yang sama sekali tak pernah kau dan aku ketahui.

*** SELESAI ***

More aboutMawar Merah Yang Terakhir

Buat Efek Marker Teks Pada Posting Blog

Posting by : Ongki sang jagoan blog on Rabu, 17 Februari 2010

emm… seelumna bingung nie mo kasih judul apa.. tapi pa ajalah. Pokok intinya efek marker ! Uda pada tau kan text yang da markerna tuh? maksudna text yang di biasana dibuat tanda merker, da yang warna kuning, merah, ijo, dll. dah.

Nah, disini ardianz mo kasih teu caranya. Oz, tolong diperhatikan ya? gampang banget kok caranya.

Upz. Contohnya efek marker toe tulisan ini !!! Dah tau kan? cara untuk membuatnya simpel, gamapang, end ueenaaak pokok’e. Hohohoho…

Da 2 cara untuk membuatnya. Atu pakek CSS tiuz yang atuna agy pakek HTML.

||||  Neh yang pakek CSS dolo jah.

    1. Login ke blogger (WajiB)
    2. Setelah masuk ke dasbor, klik Tata Letak (Layout) »»» Edit HTML »»» centang Expand Widget Template.
    3. Sisipin kode ini ke bagian CSSnya atau kalo ga ngerti masukkin kode ini di atas kode ]]><b:skin> (pakek tombol Ctrl+F |Find| untuk mempermudah pencarian.

      yang tulisan cyan itu bisa diganti pake kode hexadesimal warnanya atau pake bahasa inggrisnya.
    4. SIMPAN TEMPLATE (SELESAI)
Keterangan  :
Untuk cara pemakaiannya gunakan kode di bawah ini :
<span class="marker">Kalimat yang mau di marker</span>
Nah, itu kamu waktu posting msuk ke HTML kan di blogger tuh waktu nulis ada 2. HTML dan tulis, masuk ke HTML na aja.

Nah, uda pada mengerti kan tentang penggunaan efek marker dengan menggunakan CSS, sekarang lanjut untuk penggunaan marker via HTML.

||||  Ne yang menggunakan via HTML

    1. Login (uda gua bilangin wajib) hehee..
    2. Langsung ke halaman posting,
    3. Pakek HTML zow, jangan di Tulis dan sisipin kode dibawah ini :

      yang tulisan cyan itu bisa diganti pake kode hexadesimal warnanya atau pake bahasa inggrisnya.
    4. Selesai,tingal di Publish “Posting”

Nah, sekarang tinggal pilih. Enakan yang mana yang mau kalian pakai. untuk saat ini sekian tutorial dari saya, next time aku kasih tutorialna lagi. ^^.. Mari Berbagi……

More aboutBuat Efek Marker Teks Pada Posting Blog

Cara Jitu Percepat Loading Tampilan Blog | CSS Compressor

Posting by : Ongki sang jagoan blog

imageEhm.. Percepat load blog dengan CSS Compressor, disin saya akan jelaskan sedikit biar teman – teman tidak salah paham. CSS Compressor, sebelumnya kita gunakan koneksi internet yang sama. Maksudnya yang sekarang teman-teman pakai, dimana kita akan membedak an blog sebelum dan sesudah di compress dengan CSS Compressor.

Teknik kompresi pada CSS paling tidak mampu meningkatkan performa loading page blog anda. Disini bukan dalam artian super cepat ya, tapi cenderung ke arah optimalisasi CSS. Ya begitulah, dalam artian kalau kita memasak CSS Compressor ini hanya sebagai bumbu penyedap rasa. Nah, CSS Compress ini cuma salah satu bumbu penyedap saja, tidak ada cara sebagus apapun selain optimalisasi pada size image.

Langsung aja ke TKP :

CSS Drive - CSS Compressor merupakan salah satu layanan gratis yang biasa aku gunakan. Yang paling menrik nich, tools yang di sediakan 3 level mode kompresi berbeda yaitu Light, nomal dan Compact. Cara kerjanya, metode kompresi CSS ini berusaha memperkecil ukuran dengan menghilankan spasi dan komentar yang tidak diperlukan. Om sarankan untuk yang baru utak atik CSS jangan langung mencoba mode Super Compact dan Strip All Comments. sebaiknya gunakan mode Light dan don't strip any comments terlebih dahulu. Untuk yang sudah mengerti bisa mencoba level kompresi selanjutnya pada pilihan Advanced mode.

Selain fungsi Compress tentu kita juga mengenal mode Uncompress. Biasanya uncompress digunakan sebagai kebalikannya. Sayang CSS Drive tidak memiliki fungsi ini, jadi saya menyarankan kita bisa mencoba pada layanan ini CSS Optimizer.

Cara Kompresi CSS pada Blogger:

sebelumnya jangan lupa backup semua kode pada halaman Edit HTML (Download Full Template)

Pada halaman Layout >> Edit HTML, Code CSS biasanya terletak diatara kode <b:skin><![CDATA[ dan ]]></b:skin> silahkan CoPas semua kodenya kemudian lakukan kompress pada tools diatas, jika sudah CoPas lagi kode yang sudah di compress ke halaman Edit Html pada posisi semula.

More aboutCara Jitu Percepat Loading Tampilan Blog | CSS Compressor

Kok nggak pernah ketemu?

Posting by : Ongki sang jagoan blog on Selasa, 16 Februari 2010

Hanamon, son goku, musashi, apakah semua emang sama 2 kera sakti??? Sejarah yang pernah dibaca / didengar pasti punyacerita lagi dibaliknya. Danbiasanya cerita 2 menyimpan itu berusia lebih tua disbanding cerita dari buku itu sendiri.Apa tujuan sejarah? Kenapa kera sakti yang bisa terbang dan keliling dunia itu tidak pernah ketemu hanoman, musashi, dan songgoku yang punya keahlian sama? ( Sama 2bisa terbang, pakai tongkat, incredible monyet, dll ).

Bedakan antara Sejarah dan mitos … Suatu hal bisa dikatakan sebagai sejarah, jika adanya bukti otentik ( baik berupa tulisan, buku, patung, benda 2 peninggalan, prasasti, dll ) Yang menunjukkan seorang tokoh, keadaan, suatu daerah, ataupun suatu kejadian. Dan sifat dari sejarah itu adalah suatu yang masuimagek logika atau logis.

Jika ada suatu hal yang telah menjadi suatu cerita rakyat dan berkembang luas di masyarakat tapi tidak pernah ditemui bukti otentik dan bersifat “khayalan” kaya manusia terbang, kejadian aneh dll ) itu disebut Mitos bukan Sejarah.

Sejarah ada untuk membuat manusia lebih maju dan belajar dari masa lalu untuk memebuat kehidupan manusia lebih maju, berkembang, dan beradap dari pada masa lalu. Jika ada sejarah yang “kotor” dengan mengetahui evek negativnya diharap kan orang bisa menahan dan tidak mengulang kesalahan yang serupa dimasa sekarang dan yang akan datang .

Jika sejarah itu “bersih” maka diharapkan manusia bisa menjadikannya sebagai acuan untuk membuat kehidupan manusia lebih baik lagi dimasa sekarang dan masa yang akan datang.

Kalo persoalan yang terakhir q g tw…

Mungkin teman 2 punya jawabanyan sendiri.

More aboutKok nggak pernah ketemu?

Alunan Lagu Kehidupan

Posting by : Ongki sang jagoan blog on Minggu, 14 Februari 2010

By  :  Aeoyici

Sore – sore begini lalu lintas sudah mulai ramai, tapi untungnya Bandung masih menjadi temanku. Seperti sore- sore biasanya di hari Kamis, harus mengantar Rasti sahabatku tercinta ini latihan basket di sekolah.

“Ras, ntar pulang jam berapa?”, tanyaku sambil mengecek dasbor, mencari kaset Britney.

“Kalo gak ada event yah kayak biasanyalah. Eh… tahu gak tadi Bu Wulan kasih senyuman mautnya ke Rui?”, kikiknya. “Gila aja… Rui segila itu apa musti diperebutin segitunya”

“Yah… menurut aku sih emang Rui kan cool anaknya”

Sebelum membalas jawabanku, mobil Audiku sudah membelok ke sekolah tercinta ini. Lapangan basket sudah diduduki beberapa mavia gankster anak kelas tiga yang semakin ngebos saja. Aku, yah… tidak sepenting Rasti buat gabungan sama mereka.

Tapi hari itu selain teriakan dari cewek- cewek beringas ala rock n roll juga ada beberapa anak cowok basket. Setahuku hari ini anak cowok tidak ada latihan. Memang yang seperti ini nih yang selalu membuat aku ingin cepat balik. Matanya pada maut semua sih.

Bye, Rez”, Rasti langsung melejit ke lapangan basket. Aku memutar balik menuju bimbel.

 

^-^

Hari ini melelahkan. Lesnya tadi ternyata mengulang materi minggu lalu, karena materi molar masih agak rumit. Mau gak mau, butuh tetep butuh aku buka laptop. Hari ini Kak Raka belum on- line. Bisa mati lampu nih kalo 15 menit lagi tidak on- line, sekarang saja mata aku sudah tinggal 5 watt.

Cklik.

“Bun, bawain jus jerukku di bawah ya nanti kalo turun?”, teriakku malas- malasan. Aku pikir nanti setelah minum jus pasti agak fresh, tidak kucel seperti sekarang ini.

“Orangnya sudah disini kok masih ditunggu on- linenya”, suaranya lembut seperti kue brownies kesukaanku, dan pasti tidak ada duanya. “Ehm… ini juga sudah aku…”

Kata- katanya terpotong karena aku langsung melompat memeluknya.

“Whoops… sepertinya kamu terlalu bersemangat”, ujarnya menyelamatkan jus jeruk yang dibawa. “What’s up baby?”, sekali lagi dengan suara yang ceria tapi tetap ramah.

Now??I’m very great. Look at you…”, berlagak membersihkan kemejanya. “Ngapain Mas disini??”, tanyaku masih dengan senyum selebar senyumnya Mas Tukul.

Dengan cengar- cengir, “Ya ini aku bawain jus jeruk dimeja. Kata Mbok Nah punya kamu. Sekalian ngecek kamu lagi on line apa gak”

“Ngapain di Bandung??”, tanyaku tidak sabaran.

“Mau ngusir Non?”, tanyanya berlagak jutek. Aku tersenyum simpul. “Ya nggak lah. Kangen banget…”, aku mulai merajuk.

Akhirnya, setelah dua tahun minggat ke negerinya Pak Lek SAMidi sekarang balik juga. Kakak sepupuku yang paling aku sayangi dan aku banggakan. Kayak bunyinya pembukaan pidato saja.

“Gimana New Jersey?”, tanyaku sambil menyeruput jus jerukku. “Kok pulangnya cepet banget?mana gak kasih kabar lagi. Aku kan bisa jemput”.

“Yah… kemarin itu gak ada planing buat pulang. Om Marcel dateng kesana terus sekalian ngajak pulang. Ya aku ikut”, masih sibuk meneliti isi kamarku. “Jadi gimana sekolah?masih Djawa?”

“Kok tahu?”

“Kakak yang baik hati dan tidak sombong plus tidak ada duanya like me ini ya pasti tahu dong perkembangan his sweet cat”, kali ini mulai membuka- buka koleksi novelku.

“Preeeett……”, aku cuma nyengir. “informannya akurat nih?”

“Yaiyalah masa yaiya dong. Mulan saja Jameela masa Jamidong”, dia tertawa nyengir, aduh manisnya kakak tercintaku ini. “Tadi dikasih tahu guyonan lucu sama Mang Rahmat”.

Begitulah Kak Rakaku, dia satu- satunya orang yang aku cintai yang membuat aku tetap waras. Sering sekali aku menyukai seseorang jadi hilang akal sehat, weits…. Jangan keburu negatif thinking dulu. Maksudnya, aku terlalu memujanya, misalnya dengan Djawa. Bisa gila orang kalau melihat tingkahku.

“Pagi- pagi ngelamun aja”, Denis menubruk punggungku dengan asal saja. “Pr segudang gini masih sempat mikirin gue. Jangan seru- seru napa?”, seperti biasanya ekspresinya menampilkan ala band ‘70an. Gayanya kocak dan apa adanya sekali. Aku hanya menjitak kepalanya lalu beranjak mencari sumber Pr yang akurat, yah siapa lagi kalau bukan Melan, Miss Perfeksionisku.

“Hai…hai….udah selesei?”, tanpa menunggu jawabannya langsung ku comot pekerjaannya. “Rui kenapa sih?”, tanya Melan sambil memasang head set.

Aku hanya mengangkat bahu. “Napa emang?”, tanyaku tanpa menggubrisnya, maklum kalau salah menulis tanda implikasi jadi biimplikasi pada Pr Matematikaku bisa ruwet juga. “Tahu deh, dari tadi ngelihatin aku mulu. Emang aku salah pake bandana pink gini. Ngejrenk ya?”, tanyanya serius. “Eh, aku kok gak lihat kamu bawa helm”, tanyanya lagi.

“Dianter”, jawabku singkat. “Siapa?”. “Kak Raka”.

Sebenarnya nadaku juga tidak tinggi- tinggi amat tapi efeknya banyak orang tertarik seperti magnet mendekatiku. Rasti yang sibuk melihat jadwal basketnya kontan melonjak ke arahku dan Aya yang sedari tadi seperti orang linglung tidak tahu memikirkan apa mendongak ke arahku.

Whatz… Kak Raka?? Dateng ke Bandung??? Kapan???”, teriak Melan sampai- sampai Rui melirik dari pembicaraannya yang seru dengan Mario. Akhirnya pagi itu para kaum hawa yang kekurangan suplai cowok mengintrogasi aku sampai kenyang. Untung saja Pak Juan cepat datang, dan berakhir sudah senam mulutku pagi itu.

Panas- panas begini Kak Raka belum juga nongol, batinku dongkol.

“Hey…”, suaranya begitu tenang. Menghanyutkan rasa lelah dan penat yang ada. Memberi tenaga dalam setiap gelora alunan nadanya. Aku langsung berpaling melihatnya.

Ya ampun itu Djawa, suara Djawa, teriakku histeris di dalam hati.

“Nunggu siapa?”, dunia runtuh kalau untuk yang ketiga kalinya dia nanyain aku lagi. “Kak Raka”, polos, jujur dan apa adanya aku menjawab.

“Gak dateng, lagi body kit Toyota crownnya di Lancer. Aku yang antar”, suaranya penuh dengan kemantapan dan kesejukan. “Oh ya…Djawa Raditya”

Tuhan, dunia ini benar- benar terbalik rasanya. Tangan yang selama ini aku lihatin mau kenalan sama aku.

“Rezika, temen aku panggilnya Irez”, aku meraih tangan malaikat itu. Pasti ketahuan kalau lagi deg- degannya, tanganku dingin sekali. “Nunggu apa lagi?ayo naik”, dia menawarkan helm. Motor balapnya melaju didepan, bahkan aku sempat melihat Melan dengan ekspresi melongo saat melihatku.

Gila…gila dan gila…kemarin malam aku mimpi apa kok bisa dapat duren runtuh gak berhenti- berhenti kayak gini. Djawa obsesiku dari kelas satu SMA sampai sekarang kelas dua. Dia asli dari solo, pindah waktu aku pertengahan kelas satu, dia kelas dua. Dia drumer dari grup band etc(etcetera) dan pintar pelajaran Fisika, pelajaran paling nggak banget buat aku. Badannya cukup sama dengan temannya, tapi kulitnya bersih putih, matanya berbinar dan paling penting dan utama dia cuek membuatnya lain dari yang lain.

 

^-^

“Hai…hai…gimana punya kabar nih”, Rasti, Aya dan Melan memberondongku. Masuk rumah gak pencet bel maen nyelonong saja. “Mana Kak Raka”, kali ini sedikit berbisik Aya menanyakannya.

Aku menunjuk ke arah belakang dan mereka langsung menggaetku ke arah jariku tadi. “Eh…nanti saja masih ada…”, kalimatku belum selesai.

Kami berhenti di depan beranda. Aku melihat mulut mereka sedikit terbuka dengan tatapan mata yang shock, entah karena melihat ada Djawa atau karena sudah lama tidak melihat Kak Raka. Aku benar- benar malu dengan Djawa, dipikirnya nanti aku cari- cari perhatian.

“Oh…ada temannya Kak Raka, sorry ganggu…tadi cuma mau ketemu Kak Raka sudah lama gak ke Bandung”, ucap Melan yang sadar akan krisis PD disini. “Ya sudah kita masuk dulu ya Kak, kita masih mau ngobrol dulu”

“Ngobrol bareng disini juga gak apa- apa?”, kali ini Djawa menatap ke arahku. Please jangan menatapku seperti itu, seolah menyalahkanku kenapa kurcaci ini mengganggunya. Tiga kroniku sudah kabur kalang kabut masuk kamarku. Aku berbalik tapi masih sempat mendengar perkataan Kak Raka tentang kapasitor yang akan dipasang sebagai tambahan audio dimobilnya.

“Djawa??”, belum pernah aku melihat Melan sehisteris ini. “Sudah jadian??”, tatapannya kali ini membunuh.

Aku hanya menggelengkan kepala. “Sepertinya temenan sama Kak Raka”, singkat aku menjawab. Akhirnya kita malah asyik menggosip ria dan Djawapun terlupakan. “Denger- denger Rui bakal dapat nilai 9 untuk pelajaran Kimianya Bu Wulan”, Aya mulai berkomentar.

“Oh ya, kalau menurutku Rui hanya tertarik dengan Melan”, seruku sambil memutar lagu lama Spice Girl, Wannabe. Melan memelototiku seolah- olah ingin berkata apa maksudmu. “Apa sih kurangnya Rui, sudah anaknya ramah, manis, baik, pintar lagi. Jadi orang jangan dingin terus sama cowok, pamali”

Menjelang malam anak- anak bersiap pulang. “Bye, Kak Raka”, mata Aya gak berpaling dari Kak Raka, baru setelah tertabrak pintu dia mau pulang. “Kapan- kapan main ke rumahku ya Kak?”, Rasti lebih berani. Dan Melan hanya mengucapkan selamat malam. Setelah anak- anak pulang aku langsung memberondong Kak Raka dengan berbagai macam pertanyaan tentang Djawa.

Akhirnya Kak Raka cerita panjang lebar kalau kakaknya Djawa temannya di Amerika, Kak Raka bertemu saat tour pelajar di salah satu universitas di Minnesotta. Selain chatting denganku Kak Raka juga chatting dengan Djawa karena mereka punya hobi yanga sama, modif otomotif. “Sekalian deketin kamu ke Djawa”, tambahnya.

Sejak hari itu, setiap hari Djawa main ke rumahku, tidak pernah absen lagi. Senang sekali, tapi sempat gontok juga kalau biasanya Kak Raka mengajak aku jalan- jalan sekarang malah asyik debat sama Djawa. Misalnya saja sabtu lalu aku dijemput Kak Raka dan Djawa juga ikut satu mobil denganku, bukannya senang ada di dekat Djawa tapi malah di cuekin. Atau minggunya nonton pameran otomotif ke Jakarta di kawasan Kemang, sepanjang jalan sampai disana juga tetap nyerocos soal modifikasi. Mending tidur dirumah saja enak.

Hari ini juga Kak Raka pergi, pasti sama Djawa lagi. Sebel!!

Lampu Hpku menyala, tidak ada nomor. Siapa lagi sih, gerutuku jengkel.

“Halo”, suaraku tampak malas. “Besok ada acara gak?”, Djawa Raditya nelpon aku!!kok tahu nomor aku dari siapa?dia mau nelpon aku.

“Kayake gak ada. Ada apa?”, kali ini aku lebih bersemangat. Kali saja mau diajak ngedate. Hehehe… “Besok jam 8 aku ke rumah kamu, bilang ke Raka”

Ya hanya seperti itu saja dia telpon. Senang juga tapi ada sebelnya, kalau mau ada perlu dengan Kak Raka kenapa sih gak langsung saja. Malamnya saat Kak Raka pulang aku masih sebel, aku tidak bilang kalau Djawa besok kesini.

“Rez, bangun. Ditunggu temanmu di depan itu lho”, teriak Om Marcel dari luar kamar. Om Marcel memang kebiasaan bangun pagi, tidak hari kerja tidak hari libur bangun jam 5, berbeda dengan ayah, aku masih ingat waktu kecil dulu kita selalu bangun jam 9 kalau hari minggu. Tapi buatku itu tidak masalah, Om Marcel dan ayah sama- sama baik untuk bunda, jadi aku nyantai saja.

“Djawa, Om Marcel pasti salah bangunin aku deh”, aku bermaksud kembali ke kamarku. “Salah gimana? Kemarin aku kan sudah telpon kamu mau ngajak jalan”, dia menarikku kembali. Kalimat seperti ini lebih efektif untuk membangunkanku.

“Lho bukannya kamu mau pergi dengan Kak Raka?”, mataku benar- benar terbelalak. “Aku kan cuma minta kamu ijin ke Raka. Ya sudah sekarang cepat mandi”

Dua puluh menit dandan kilat dengan celana pendek diatas lutut dan kaos joger kebesaran yang hampir menyamai celana dibalut dengan sweter putih kecil dan sepatu kets. Perjalanannya jauh sepertinya akan ke bogor, ternyata belum sampai keluar kota tepat di dekat perbatasan ada sebuah tempat rekreasi taman Stroberi.

Sebelum masuk, Djawa membelikanku es krim stroberi dalam ukuran besar. Di dalam tidak seperti yang aku bayangkan seluas mata memandang akan ada stroberi, tetapi lapangan luas yang diisi dengan permainan out bond, misalnya panjat dinding, terbang layang dan ada juga permainan lain seperti roller coaster dan drop zone. Kami mencoba semua out bond dan cukup berani untuk lompat dari ketinggian 5 meter dengan tali pengikat di pinggang. Setelah puas dengan berbagai uji mental, masih juga naik roller coaster yang parahnya lagi kami mendapatkan bagian di depan. Saat itu hal yang aku gak pernah pikirkan terjadi.

“Rez…love you”, teriak Djawa saat kereta meluncur turun. Dia menggenggam tanganku. Brakk!!aku panik, sudah ini jantung deg- degan naik roller coaster ditambah dengan ucapan Djawa. “Jawab dong”, dia berteriak lagi. “Love you Djawa”, aku sedikit gemetar.

Turun dari roller coaster, orang- orang melihat ke arah kami, tapi kami cuek. Sebelum pulang kami makan siang dulu dengan menu semuanya stroberi dan tidak lupa beli stroberi buat Kak Raka. Wah hari ini aku senang sekali.

 

^-^

Sampai dirumah malah tidak ada orang, aku memasukkan stroberi ke kulkas. Melihat ada pesan yang dilekatkan didepan kulkas, aku langsung membacanya

Bunda dengan Om Marcel ke rumah eyang di Bogor. Eyang sakit mendadak, nanti makan diluar saja dengan Raka. Uangnya diatas kulkas.

Mana Kak Raka keluar juga, BT deh. Belum sempat aku beranjak ke kamar, Hpku berbunyi. Kak Raka memanggil.

“Aku tunggu di Kafe Dago sekarang, naik taksi saja. Sorry gak bisa jemput. Nanti aku kenalin seseorang”, singkat, padat dan jelas ucapannya. Belum juga aku istirahat langsung tancap gas ke kawasan Ndago, ramai lagi ramai lagi. Maklum ini kan jam lima sore, minggu lagi.

Disana Kak Raka sudah menunggu dengan seorang cewek Indo dari kejauhan. Ternyata namanya Brecelle Brenet, asli dari Jerman, pacarnya di New Jersey dan baru kemarin sampai. Makanya hari- hari ini Kak Raka jarang dirumah, sering ngajak muter- muter ceweknya sih.

“Meint name ist Brenet”, dia menjabat tanganku dengan resmi. Aku mana ngerti kalau dia ngomong Jerman begituan. Akhirnya setelah selesai makan aku pulang dulu, mana betah jadi baygonnya orang pacaran.

Minggu ini penuh dengan surprise, dari Djawa banyak banget. Setiap hari aku dijemput, akhir pekan kita jalan bareng sekedar viting makanan di kawasan Paris pan Java atau kalau nggak gitu dirumahku main gitar atau nemenin dia saat ada event buat manggung di mall. Ternyata seperti ini ya enaknya pacaran, kalau mau ulangan Fisika ada guru privatnya sekarang. Pelajaran apapun menyenangkan karena hati lagi senang, sekolah juga tidak malas lagi.

Sampai akhirnya beberapa minggu kesenangan itu, Kak Raka menungguku dikamar sepulang keluar dengan Djawa.

“Tumben,ada apa?”, tanyaku sambil meletakkan tas ke meja. “Besok balik”, ucapannya singkat masih menatap hujan yang mulai turun terlihat dari jendela kamarku.

“Cepet banget?’, tanpa aku mau suaraku meninggi. “Brecelle ngajak pulang?”, tanyaku panas. Dia menggeleng lemah. “Masa liburku kan sudah habis, lagi pula kan gak mungkin aku disini terus my sweet cat?”, mencoba membujukku.

“Kenapa sih?kita kan belum sering jalan bareng, dikit- dikit Brecelle belum lagi kalau keluar malem gak balik. Kapan ada waktu buat aku? Dulu kayaknya gak gitu!Dan besok balik. Mending gak usah ke Bandung saja”, aku sudah benar- benar marah sekarang.

“Oh jadi cuma aku yang pentingin diri sendiri, apa pernah aku kasih kritik kalau tiap hari kamu jalan dengan Djawa?siapa yang ngedeketin kamu ke Djawa?”, kali ini Kak Raka mulai tersinggung. “Sudahlah Dek, sorry Kakak jadi ikut emosi. Kan masih ada waktu banyak, nantinya kakak juga bakal tinggal di Indonesia. Sekarang bobok bareng saja yuk?jadi inget dulu waktu aku mau pergi kamu juga marah- marah gini”, senyumnya benar- benar bisa mencairkan suasana kayak gini.

Paginya semua barang sudah dipak dan siap berangkat, sebelum itu menyempatkan makan bersama dulu.

“Maafin bunda ya Ka?hari- hari ini bunda terlalu sibuk ngurusin butik jadi kurang perhatian”, ucap bunda sambil menyendokkan nasi goreng ke Kak Raka. Kak Raka hanya tersenyum kecil.

Di bandara tidak usah diceritakan karena aku yang paling menyebalkan, menggelayuti kakakku sampai bunda menggertakku agar melepaskan tanganku dari jaketnya. Sampai rumah aku mengunci diri di kamar Kak Raka. Aku kecewa dengan diriku sendiri yang egois, dulu setiap Kak Raka kesini aku selalu gak bisa dipisahin kemana- mana berdua, bahkan ke toilet saja bisa- bisa berdua. Tapi kepulangannya kali ini aku malah sibuk dengan Djawa, sibuk dengan kesenanganku sendiri.

Bangun dari tidur tahu- tahu jam 7 malam dengan air mata yang masih lengket dipipiku. Melirik ke meja yang penuh dengan miniatur mobil aston villa terselip sepucuk surat.

Sorry, my sweety cat, aku cepet- cepet pulang. Tapi emang kedatanganku buat cari’in kamu pacar, jadinya kamu gak marah saat aku kenalin Brenet ke kamu. Aku takut kamu bakal jelous. Aku harap bakal lama dengan Djawa, aku tunggu dua tahun lagi kedatanganmu di New Jersey.

Memang Kak Raka yang tahu aku. Apa mau aku, apa yang aku pikiran, segalanya tentang aku. Tapi dia tidak tahu kalau aku tidak mau ke New Jersey.

 

^-^

1 tahun kemudian…

Aku masih dengan Djawa. Sama seperti saat pertama kali jadian, tetap sayang. Besok adalah tahun kelulusannya aku sedikit ketar- ketir akan kelanjutan hubungan kita. Tapi Djawa selalu bilang ke aku bahwa inti dari mencintai adalah menjaga, menjaga kepercayaan bersama orang lain, baik itu dengan keluarga ataupun dengan teman. Djawa ingin melanjutkan kuliah di UI karena kakaknya juga bekerja di Jakarta mengambil jurusan tekhnik otomotif.

Seminggu kemudian Djawa pindah ke Jakarta, sendiri lagi.

Awalnya memang baik- baik saja. Setiap malam suka on line. Tetapi saat mulai semester I dan dia jadi banyak tugas dan lain- lainnya itu membuat jarak yang jauh semakin jauh. Enam bulan terasa sudah puluhan tahun saja.

“Rez, tadi pagi lihat infotainment nggak?”, teriak Aya dari luar kelas berlari menuju ke arahku. “Tadi Rez, Djawa kamu jalan sama Adea cewek Indo timur tengah yang lagi santer- santernya main film”

Aya’ aya’ wae kamu tuh”, aku hanya tersenyum simpul. “sudah sarapan belum?yuk ke kantin”, ajakku bersama Melan dan Rasti.

“Rezika Amadea bego!!bodo’!!”, kali ini Aya berteriak serasa ada di Gelora Bung Karno saja. “Rez, aku tadi pagi lihat dengan mata kaki tangan plus kepala lengkap dengan baju kalau Adea ketahuan jalan bareng disebuah mall bareng Djawa. Cowok itu Djawa”

Aku bisa mati ketawa melihat ekspresi Aya saat ini. Memang kadang- kadang dia suka kebablasan, tidak bisa membedakan antara mimpi dan dunia nyata. Tapi aku juga ada ketar- ketir, apalagi kita sudah lama agak miss komunikasi. Pulang sekolah semuanya menjadi jelas, Denis memberiku tabloid yang terbit edisi hari ini dan dalam pojok kiri terdapat berita kecil dan foto Adea bersama cowok yang sedang menggandeng tangannya, yang tidak lain tidak bukan adalah Djawa.

 

^-^

Sejak putus dengan Djawa aku belum ada yang baru, masih tetap bareng dengan Melan, Rasti dan Aya. Kadang- kadang minggu pagi Denis datang ke rumah mengajakku lari pagi. Atau kalau sedang menang basket di traktir makan. Denis memang baik anaknya.

“Rez, Kak Raka kapan pulang sih aku kangen nih?”, tanya Rasti sambil mendrible bolanya di lapangan. Aku hanya menggeleng. “Males ngomongin Kak Raka. Paling- paling pulang bawa Brenet lagi, belum lagi bahasanya yang dari Planet pluto itu aku kagak ngerti. Aya’ aya’ wae si Brenett itu”, jawabku melihat kedatangan Denis yang sedang memarkir Suzuki Swiftnya.

“Brenett?siapa?”, tanya Melan dan Rasti. “Masa aku belum cerita tentang pacarnya Kak Raka yang dari Jerman itu?”, keluhku. Mereka hanya menggeleng pasrah. Pasrah karena idolanya, idola kita sudah punya pacar. “Brenett siapanya Kak Raka sih Rez?”, tanya Aya yang masih belum ngerti. “Pulang saja yuk”, ajakku.

Denis berlari kecil ke arahku. “Rez, kok sudah pulang?besok jam 8 aku ajak jalan ya? Bye”, cepat dan tanpa menunggu jawabanku. Oh ya, sudah tiga bulan ini Melan jadian dengan Rui, penembakannya saat ada pensi tahunan di sekolah dan Rui menjadi vokalis band. Aku yang sedang patah hati jadi iri melihatnya.

Besoknya Denis datang dengan motor paling butut yang pernah aku lihat. Jalannya saja paling banter juga 40km/jam. Dia mengajakku keliling Bandung, melihat pameran celana jeans impor dari beberapa perancang luar negeri di Paris pan Java, mendengarkan pemain biola jalanan di Dago sambil duduk makan es krim. Denis memang teman yang baik dan mengerti aku. Mengerti juga bahwa sebenarnya aku masih suka dengan Djawa. Dia selalu memberi support aku untuk melupakan hal yang buruk. Hingga kelulusanku tiba dan keberangkatanku ke Perancis mengambil jurusan Desain Grafis. Denis orang kedua yang menangis saat kepergianku, selain bunda.

 

^-^

Pagi yang cerah di saat musim dingin seperti ini langka sekali. Hampir setiap pagi dimusim dingin, salju menumpuk di depan rumah adalah pemandangan harian. Tapi hari ini tidak ada lagi tumpukan salju dan udara yang seperti di dalam fresher ikan. Walaupun udara tidak sehangat musim panas, tapi baik juga untuk mengawali setumpuk kegiatanku yang membosankan.

Setelah mengenakan tank top putih yang dibalut dengan jaket tuxedo dan tidak lupa dengan jeans hipster yang ketat karena badanku yang kurus tinggi, aku menggaet sepatu kets yang kubeli waktu aku pertama kali masuk universitas ( 2 tahun yang lalu ). Sambil makan Tortilla panggang aku mengenakan sepatu bututku.

“Buat kuliahnya Mr.George disuruh membuat makalah tentang Statistik, beres. Buat Mr. Khmer tentang aritmatikanya, beres. Hasil lemburku tadi malam, beres”, telitiku.

Pagi ini aku memutuskan untuk berjalan kaki saja. Rugi sekali tidak memanfaatkan cuaca secerah hari ini. Biasanya aku lebih memilih naik bus atau memakai sepatu roda. Dengan jalan kaki aku bisa menikmati udara segar dan kebetulan ini masih cukup pagi daripada biasanya aku berangkat. Aku juga bisa mengecek makalah-makalah dan tugasku untuk beberapa mata kuliahku hari ini sambil jalan kaki.

“ Mr. Tang…..apa kabar ? Pagi sekali kedainya sudah buka”, sapaku.

“Irez…..mampir dulu kesini….masih pagi”, sapa Mr Tang sambil menata kursi.

“ Pulang nanti sajalah…saya ada kuliah pagi ini”, jawabku singkat.

Mr. Tang adalah tetangga sebelahku. Dia menjual mie dan setiap sore aku pasti makan mienya. Kadang aku sendiri merasa bosan, tapi aku juga malas untuk mencari makan di tempat lain. Karena daerah ini jarang ada kedai atau warung yang menjual makanan.

Setiap pagi makan tortilla panggang dan segelas susu. Siangnya makan di kantor tempat aku bekerja dengan nasi kotak. Dan malamnya makan mie di kedai Mr. Tang. Dan jadwalku selalu sama, tetapi akhir-akhir ini aku membantu istri Mr. Tang untuk merangkai bunga. Kadang aku juga mengantarkan ke toko bunga.

Saat awal mulai aku bekerja, semester ke 2 aku di Paris. Aku bekerja paruh waktu di perusahaan jam tangan. Hidup itu sulit kalau dipikirkan hari ini, tetapi kalau ingat- ingat yang kemarin itu menyenangkan. Saat menyenangkan saat masih bisa bermain – main dengan Melan, Rasti dan Aya. Denis yang baik. Dan juga Djawa yang selalu membuat aku senam jantung saat melihatnya, meski pada akhirnya menyakitiku. Aku menyukainya. Nantinya kalau aku sudah tua dan menjadi nenek- nenek bersama seorang lelaki biasa, duduk di beranda dengan rumah gaya Solo, memakai batik dan kebaya, mengingat saat- saat di Paris adalah sejuta kenangan sambil makan pisang goreng. Ehm... entah nantinya cinta ini milik siapa??

 

____selesai____

More aboutAlunan Lagu Kehidupan

Bung Karno Bapak Proklamasi Republik Indonesia Pertama

Posting by : Ongki sang jagoan blog on Sabtu, 13 Februari 2010

Sebelum saya bercerita tentang kisah-kisah itu perlu teman-teman ingat kata Bung Karno, Presiden Republik Indonesia: “Bangsa yang besar adalah bangsa yang tahu menghargai jasa para pahlawannya”. Menghargai jasa pahlawan tidak hanya cukup mengenang dalam hati dan berterima kasih. Menghargai jasa mereka dengan meneladani sikap dan perbuatan mereka yang baik,belajar dengan rajin untuk mengejar cita-cita. Dengan begitu kalian sudah membalas jasa para pahlawan.

Pagi itu matahari belum muncul. Kota Surabaya masih gelap. Namun disalah satu sudut kota di antara rumah kayu yang sederhana,seorang ibu sedang berjuang untuk melahirkan bayinya. Di dalam kamar yang sempit,ibu mengerang kesakitan, tidak ada dokter ataupun dukun beranak,hanya ada kakek dan suaminya. Pasangan suami istri itu Raden Sukemi Surodiharjo dan Idayu Nyoman Rai. Raden Sukemi berasal dari keturunan Sultan Kediri sedangkan istrinya ketururunan Bangsawan Bali. Hari kelahiran bayi ini di tandai oleh angka serba enam,6-6-1901 yaitu awal dari abad 20. Sukemi sang bapak memberi nama Kusno.

Enam tahun kemudian Kusno sekeluarga pindah ke Mojokerto. Ayahnya bekerja sebagai guru sekolah rendah gebermen. Kusno sedih harus berpisah dengan kawan-kawan. Memahami kepedihan putranya, ibu kerap mengelus sambil mendekap tubuh Kusno.,dengan suara lembut ibu berkata, ”Kusno, kelak engkau akan menjadi pemimpin rakyat karena lahir jam setengah enam pagi. Kata orang jawa mempunyai arti bahwa orang yang di lahirkan saat matahari terbit nasibnya telah di takdirkan. Jangan lupakan itu, bahwa kau itu putra sang fajar, ” kata ibunya. Kusno menemukan setitik sinar yang akan menentukan jalan keluar dari kegelapan. Ayah juga punya keyakinan bahwa kelak kamu akan menjadi pemimpin besar. Neneknya pun juga yakin bahwa Kusno mempunyai kekuatan gaib yang kelak akan berguna.

Sewaktu kecil Kusno anak yang penyakitan. Kusno terserang Typus,dua setengah bulan berjuang melawan penyakitnya itu. Setelah sembuh mereka sekeluarga pindah ke jalan Residen Pamuji.Pada suatu hari bapak dan ibu memanggil Kusno,”Kus,supaya kamu tidak sakit bagaimana kalau namamu diganti?”

“Siapa nama baruku pak?” Tanya Kusno tidak sabar. Engkau akan ku beri nama “Sukarno”. Sukarno adalah salah seorang pahlawan terbesar dalam cerita Mahabarata. Sambil memegang buku Kusno,bapak memandang jauh kedalam matanya “aku selalu berdoa agar engkau pun menjadi seorang patriot dan pahlawan besar dari Rakyat. Begitulah teman-teman penuturan dari bapaknya Karno.Masa kecil adalah masa yang paling indah dan membahagiakan. Tidak demikian halnya dengan Sukarno, Ia dilahirkan dan dibesarkan ditengah-tengah kemiskinan. Bahkan untuk makan 3x sehari seperti keluarga yang lain, jarang terjadi. Setiap kali melihat ibunya menumbuk padi dan terlihat letih bermandikan keringat, Sukarno merasa iba. Semenjak kejadian itu setiap pagi sebelum ke sekolah Sukano menumbuk padi menggantikan ibunya. Pada dasarnya Sukarno adalah anak yang baik, apa yang dilakukannya selalu dengan harapan besar yang membuat ibunya senang dan bangga.

Pada masa penjajahan, bangsa Belanda selalu menganggap rendah dan hina kepada bangsa kita. Pengalaman yang pahit membuat luka yang dalam di hati Sukarno.Suatu hari bapak berkata pada Sukarno,”Bapak mempunyai cita-cita untuk mengirim kamu ke Sekolah Tinggi Belanda. Hanya anak orang Belanda yang tidak membayar uang sekolah. Tp jangan khawatir,bapak akan mengusahakan biayanya.”

Akhirnya Sukarno masuk “EUROPE ESEHE LAGERE SCOOL”,satu kekurangan Sukarno adalah kemampuan berbahasa Belanda belum cukup baik. Setelah lulus Sekolah Rendah Belanda,Sukarno melanjutkan ke Sekolah Menengah Belanda / disebut juga Hogere Burger Scool di Surabaya. Sukarno kini berusia 15 tahun, di Surabaya tinggal digang 7 peneleh,dia indekos pada keluarga Cokro Aminoto. Pak Cokro adalah pemimipin pergerakan politik orang jawa yang bernama Serekat Islam. Setiap hari Sukarno menghabiskan waktunya untuk membaca. Sukarno lebih memilih belajar,Ia memanfaatkan waktunya untuk menyelami pemikiran tokoh dunia.

Kini Sukarno sudah berusia 16 tahun Ia mendirikan perkumpulan politik yang pertama dibeeri nama Tri Koro Darmo yang berarti Tiga Tujuan Suci. Organisasi suci berikutnya adalah Jong Java. Selain sekolah Sukarno senang mempelajari kegiatan Pak Cokro berpidato,Sukarno selalu ikut. Sukarno juga aktif menulis majalah Pak Cokro Oetoesan Hindia dengan nama samaran Bina. Banyak karangan yang Ia hasilkan dan pokok pikiranya dibicarakan diseluruh Indonesia. Sukarno menyelesaikan pendidikanya di HBS 10 juni 1421. Minggu terakhir Sukarno berangkat ke Bandung meneruskan pendidikan di Sekolah Teknik Tinggi. Disana Ia indekos dirumah Inggit Gamasih,perempuan cantik yang Ia nikahi 1923. Selain pidatonya dinilai menghasut,Heyne kepada polisi Bandung sangat marah. Sejak kejadian itu kemenapun Sukarno pergi selalu diikuti polisi rahasia Belanda. Presiden Universitas,prof. Kloper memanggil Sukarno ke kantor,Ia mengingatkan Sukarno agar tidak berpolitik selama kuliah.

Setelah lulus Sukarno berhak atas gelar Ingeniur “Jurusan Teknik Sipil”. Presiden Universitas memberikan gelar kepada Sukarno berkata,”Ir. Sukarno,ijasah ini dapat robek dan hancur menjadi abu di suatu saat”. Ia tidak kekal.,ingatkah,bahwa satu-satunya kekuatan yang hidup terus dan kekal adalah kter seseorang. Ia akan tetap hidup dalam hati rakyat,sekalipun sesudah mati. Pada suatu hari th1929 Sukarno mengadakan rapat umum di Solo dan Yogyakarta. Pertama kali Ia berbicara tentang “Perang Pasifik” yang akan berkobar. Rapat selesai tengah malam,bersama temannya Gatot Mangkuprojo dan sopirnya Suhada menginap dirumah Suryadi,Yogyakarta. Tiba-tiba seorang inspektor polisi Belanda bersama 6 orang polisi lainnya langsung masuk kerumah. Tiga buah mobil telah siap membawa kekantor polisi. Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh,sampailah ke tempat tujuan yaitu penjara Boneecy di Bandung.

Begitulah teman-teman,akhirnya Sukarno dipenjara. Dalam penjara Sukarno menulis buku dengan judul “Indonesia Menggugat”. Buku itu berisi tentang penderitaan yang menyedihkan dari rakyat Indonesia akibat penjajahan selama tiga setengah abad dibawah penjajahan Belanda.

Akhirnya,Ia juga berjuang melawan serangan malaria yang kambuh. Ia tidak memperdulikan kondisi kesehatannya.Semangat yang berkobar didadanya lebih dekat dari pada penyakit malaria yang diderita. Berlusin-lusin surat dan bermacam petunjuk pelaksanaan di tulis hingga akhirnya Sukarno tidak mampu lagi dan roboh. Di dalam kamar Sukarno tidak belia Manahan serangan yang hebat dari penyakitnya. Jam 9 pagi,sekitar 500 orang sudah menunggu di hal. Rumah Sukarno untuk mendengarkan pembacaan proklamasi.

Orang-orang mulai tidak sabar dan berteriak, ”Sekarang Bung Karno. . . Ucapkanlah kemerdekaan,hari sudah panas. . . ku sudah tidak sabar lagi. Ucapkanlah proklamasi”. Fatmawati yang duduk di atas tempat tidur membangunkannya,mukanya pucat dan gemetar. Badannya masih panas. Namun, Ia masih dapat berfikir dengan tenang,”Hatta tidak ada”. kata Sukarno. “Saya tidak mau mengucapkan proklamasi kalau Hatta tidak ada.”

Akhirnya Hatta masuk kamar, Sukarno berpakaian serba putih. Tepat pukul 10 pagi. Sukarno berjalan ke arah pengeras suara dan dia ringkas mengucapkan pernyataan kemerdekaan Indonesia yang isinya :

 

“Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya”.

Jakarta , 17-08-1945

Atas nama Bangsa Indonesia

Sukarno-Hatta

More aboutBung Karno Bapak Proklamasi Republik Indonesia Pertama

Perkembangan Kerajaan Safawi di Persia

Posting by : Ongki sang jagoan blog on Jumat, 12 Februari 2010

Kerajaan Safawi di Persia berdiri ketika kerajaan Usmani sudah mencapai puncak kemajuannya, Kerajaan ini berkembang sangat cepat. Berbeda dari dua kerajaan besar Islam lainnya (Usmani dan Mughal), Kerajaan Safawi menyatakan Syi’ah sebagai madzhab Negara. Karena itu, kerajaan ini di anggap sebagai peletak pertama dasar terbentuknya Negara Iran dewasa ini. Kerajaan Safawi berasal dari sebuah gerakan tarekat yang berdiri di Ardabil, sebuah kota di Azerbaijan. Tarekat ini diberi nama Tarekat Safawiyah. Nama Safawiyah di ambil dari nama pendirinya Safi al-Din (1252-1334 M), dan nama safawi itu terus dipertahankan sampai Tarekat ini menjadi gerakan politik.

Safi al-Din berasal dari keturunan orang yang berada dan memilih sufi sebagai jalan hidupnya. Ia keturunan dari Imam Syiah yang keenam Musa al-Khazim. Gurunya bernama Syekh Taj al-Din Ibrahim Zahidi (1216-1301 M) yang di kenal dengan julukan Zahid al-Gilani.

Safi al-Din mendirikan tarekat Safawiyah setelah ia menggantikan guru dan sekaligus mertuanya yang wafat tahun 1301 M. Pengikut tarekat ini sangat teguh memegang ajaran agama. Pada mulanya gerakan tasawuf Safawiyah bertujuan memerangi orang-orang ingkar, kemudian memerangi golongan yang mereka sebut ahli-ahli bidah. Setelah ia mengubah bentuk tarekat itu dari pengajian tasawuf murni yang bersifat lokal menjadi gerakan keagamaan yang besar pengaruhnya di Persia, Syiria,dan Anatolia. Di negeri-negeri diluar Ardabil Safi al-Din menempatkan seorang wakil yang memimpin murid-muridnya. Wakil itu diberi gelar khalifah.

Suatu ajaran agama yang dipegang secara fanatic biasanya kerap kali menimbulkan keinginan di kalangan penganut ajaran itu untuk berkuasa. Karena itu, lama kelamaan murid-murid tarekat Safawiyah berubah menjadi tentara yang teratur, fanatic dalam kepercayaan dan menentang setiap orang yang bermahzab selain Syi’ah.

Kecenderungan memasuku dunia politik iu mendaapat wujud kongkritnya pada masa kepemimpinan Juneid (1447-1460 M). dinasti Safawi memperluas geraknya dengan menambah kegiatan keagamaan. Perluasan kegiatan ini menimbulkan konflik antara Juneid dengan penguasa Kara Koyunlu(domba hitam), Ia tinggal di istana Uzun Hasan yang ketika itu menguasai sebagian besar Persia.

Selama dalam pengasingan, Juneid tidak tinggal diam. Ia malah dapat menghimpun kekuatan untuk kemudian beraliansi secara politik dengan Uzun Hasan. Pada tahun 1459 M Juneid mencoba merebut Ardabil tetepi gagal. Pada tahun 1460 M ia mencoba merebut Sircasia tetapi pasukan yang di pimpinnya di hadang oleh tentara Sirwan. Ia sendiri terbunuh dalam pertempuran tersebut.

Ketika itu anak Juned Haidar masih kecil dan dalam asuhan Uzun Hasan.Karena itu,Kpemimpinan gerakan Safawi baru bisa diserahkan kepadanya secara resmi pada tahun 1470 M.Hubungan Haidar dengan Uzun Hasan semakin erat setelah Haidar mengawini salah seorang putri Uzun Hasan. Dari perkawinan ini lahir Ismail yang kemudian hari menjadi pendiri kerajaan Safawi di Persia.

Kemenangan AK Konyulu tahun 1476 M terhadap Kara Koyunlu membuet gerakan militer Safawi yang dipimpin oleh Haidar dipandang sebagai rival politik oleh AK Konyulu dalam meraih kekuasaan selanjutnya.AK Konyulu berusaha melenyapkan kekuatan militer dan kekuasaan Dinasti Safawi. Karena itu, ketika Safawi menyerang wilayah Sircassia dan pasukan Sirwan, AK Koyunlu mengirimkan bantuan militer kepada Sirwan, sehingga pasukan Haidar kalah dan Haidar sendiri terbunuh dalam peperangan itu.

Ali putra dan pengganti Haidar didesak oleh bala tentaranya untuk menuntut balas atas kematian ayahnya, terutama terhadap AK Koyunlu. Tetapi Ya’kub pemimpin AK Koyunlu dapat menangkap dan memenjarakan Ali bersama saudaranya, Ibrahim dan Ismail, dan ibunya, di fars selama empat setamgah tahun (1489-1493 M). Mereka di bebaskan oleh Rustam, putera mahkota AK Koyunlu, dengan syarat mau membantunya memerangi saudara sepupunya. Akan tetapi, tidak lama kemudian Rustan berbalik memusuhi dan menyerang Ali bersaudara, dan Ali terbunuh dalam serangan ini (1494 M).

Kepemimpinan gerakan Safawi selanjutnya berada di tangan Ismail, yang saat itu masih berusia tujuh tahun. Selama lima tahun Ismail besrta pasukanya bermarkas di Gilan, mempersiapkan kekuatan dan mengadakan hubungan dengan para pengikutnya di Azerbaijan, Syria, dan Anatolia. Pasukan yang dipersiapkan itu dinamai Qizilbash (baret merah).

Dibawah pimpinan Ismail, pada tahun 1501 M, pasukan Qizilbash menyerang dan mengalahkan AK Koyunlu di Shahrur, dekat Nakhchivan. Ismail berkuasa selama lebih kurang 23 tahun, yaitu antara tahun 1501 dan 1524 M. Pada sepuluh tahun pertama ia berhasil memperluas wilayah kekuasaanya. Ia dapat menghancurkan sisa kekuatan AK Koyunlu di Hamadan (1510 M), menguasai Proponsi Kaspia di Nazandaran, gurgan, dan Yazd (1504 M), Diyar Bakr, (1505-1507 M) Baghdad dan daerah barat daya Persia,(1508 M), Sirwan (1509 M), dan Khurasan (1510 M). Hanya dalam waktu itu wilayah kekuasaanya sudah meliputi seluruh Persia dan baguan timur Bulan Sabit Subur (Fortile Crescent).

Tidaksampai disitu, anbisi politik mendorongnya untuk terus mengembangkan sayap menguasai daerah-daerah lainya, seperti ke Turki Usmani.Peperangan denagn Turki Usmani terjadi pada tahun 1514 M di Chaldiran, dekat Tabriz. Dalam peperangan ini Ismail I mengalami kekalahan, malah Turki Usmani di bawah pimpinan Sultan Salim dapat menduduki Tabriz. Kekalahan tersebut meruntuhkan kebanggaan dan kepercayaan diri Ismail ke Turki I berubah. Ia lebih senang menyendiri, menempuh kehidupan hura-hura dan berburu.

Rasa permusuhan dengan kerajaan Usmani terus berlangsung sepeninggal Ismail. Peperangan-peperangn antara dua kerajaan besar Islam ini terjadi beberapa kali pada zaman penerintahan Tahmasp I (1524-1576 M), Ismail II )1576-1577 M), dan Muhammad Khudabanda (1577-1587 M). Pada masa tiga raja tersebut kerajaan Safawi dalam keadaan lemah.

Kondisi memprihatinkan ini baru dapat diatasi setelah raja Safawi kelima, Abbas I naik tahta. Ia memerintah dari tahun 1588 sampai dengan 1628 M. Langkah-langkah yang di tempuh oleh Abbas I:Pertama, berusaha menghilangkan dominasi pasukan Qizilbash atas kerajaan Safawi dengan cara membentuk pasukan baru yang anggotanya terdiri dari budak-budak, berasal dari tawanan perang bangsa Georgia,Armenia,Sircassia yang telah ada sejak raja tahmasp I. Kedua, mengadakan perjanjian damai dengan turki usmani. Untuk mewujudkan perjanjian ini Abbas I terpaksa harus menyerahkan wilayah Azerbaizan, Georgia, dan sebagian wilayah Luristan.

Usaha – usaha yang dilakukan Abbas I tersebut berhasil membuat kerajaan safawi kuat kembali. Pada tahun 1598 M ia menyerang dan menaklukkan Heart. Dari sana ia melanjutkan serangan merebut Marw dan Balkh. Setelah kekuatan terbina dengan baik, ia juga berusaha mendapatkan kembali wilayah kekuasaanya dari turki usmani. Rasa permusuhan antara dua kerajaan yang berbeda aliran agama ini memang tidak pernah padam sama sekali. Pada tahun 1602 M, di saat Turki Usmani berada dibawah Sultan Muhammad III, Pasukan Abbas I menyerang dan berhasil menguasai Tabriz, Sirwan, dan Bagdad. Selanjutnya, pada tahun 1622 M pasukan Abbas I berhasil merebut kepulauan Hurmuz dan mengubah pelabuhan Gumrun menjadi pelabuhan Bandar Abbas.

Masa Kekuasaan Abbas I merupakan puncak kejayaan kerajaan safawi. Kemajuan yang dicapai kerajaan Safawi tidak hanya terbatas di bidang politik. Di bidang yang lain, kerajaan ini juga mengalami banyak kemajuan. Kemajuan – kemajuan itu antara lain adalah sebagai berikut :

1. Bidang Ilmu Pengetahuan

Stabilitas politik Kerajaan Safawi pada masa Abbas I ternyata telah memacu perkembangan perekonomian Safawi, lebih-lebih setelah kepulauan Hurnuz dikuasai dan pelabuhan Gunrun diubah nenjadi Bandar Abbas. Dengan dikuasainya Bandar ini maka salah satu jalur dagang laut antara Timur dan Barat yang biasa di perebutkan oleh Belanda, Inggris, dan Perancis sepenuhnya menjadi miliik kerajaan Safawi.

Di samping itu sektor perdagangan, kerajaan Safawi juga mengalami kemajuan di sektor pertanian terutama di daerah Bulan Sabit Subur (Eortile Crescent).

2. Bidang Ilmu Pengetahuan

Dalam sejarah Islam bangsa Persia dikenal sebagai bangsa yang berperadaban tinggi dan berjasa mengembangkan ilmu pengetahuan. Ada beberapa ilmuan yang selalu hadir di majlis istana, yaitu Baha al-Din al-Syaerazi, generalis ilmu pengetahuan, Sadar al-Din al-Syaerazi,filosof, dan Muhammad Baqir Ibn Muhammad Damad,filosof, ahli sejarah, teolog dan seorang yang pernah mengadakan observasi mengenai kehidupan lebah-lebah.

3. Bidang Pengembangan Fisik dan Seni

Para penguasa kerajaan ini telah berhasil menciptakan Isfahan, ibu kota kerajaan, menjadi kota yang sangat indah. Di kota tersebut berdiri banguna-bangunan besar lagi indah seperti mesjid-mesjid, runah-runah sakit, sekolah-sekolah, jembatan rajsasa di atas Zende Rud, dan istana Chilhil Sutun. Kota Isfahan juga diperindah dengan taman-taman wisata yang ditata secara apik.Ketika Abbas I wafat, di Isfahan terdapat 162 mesjid, 48 akademi, 1802 penginapan, dan 173 pemandian umum.

Di bidang seni, kemajuan nampak begitu kentara dalam gaya arsitektur bangunan-bangunanya, seperti terlihat pada mesjid Shah yang dibangun tahun 1603 M. Unsur seni lainnya terlihat pula dalm bentuk kejinan tangan, keramik, karpet, permadani, pakaian dan tenunan, mode, tembikar, dan benda seni lainya.Seni lukis mulai dirintis sejak zaman Tahmasp I. Raja Ismail pada tahun 1522 M membawa soreng pelukis timur ke Tabriz. Pelukis itu bernama Bizhab.

Kemunduran kerajaan Safawi adalah sepeninggal Abbas I, berturut-turut di perintah oleh enam raja, yaitu Safi Mirza (1628-1642 M), Abbas II (1642-1667 M), Sulaiman (1667-1694 M), Husain (1694-1722 M), Tahmasp II (1722-1732 M), dan Abbas III (1733-1736 M). Pada masa raja-raja tersebut kindisi kerajaan tidak menunjukan grafik naik dan berkembang, tetapi justru memperlihatkan kemunduran yang akhirnya membawa kepada kehancuran.

Diantara sebab-sebab kemunduran dan kehancuran kerajaan Safawi ialah konflik berkepanjangan dengan kerajaan Usmani. Bagi Kerajaan Usmani berdirinya Kerajaan Safawi yang beraliramn Syi’ah merupakan ancaman langsung terhadap wilayah kekuasaan. Konflik antara dua kerajaan tersebut berlangsung lama, meskipun pernah berhenti sejenak ketika tercapai perdamaian pada masa Shah Abbas I. Namun tidak lama kemudian Abbas meneruskan konflik tersebut, dan setelah itu dapat dikatakan tidak ada laigi kedamaian antara dua kerajaan besar Islam itu.

Penyebab lainya adalah dekadensi moralyang melanda sebagian para pepimpin kerajaan Safawi. Ini turut mempercepat proses kehancuran kerajaan tersebut. Sulaiman, di samping itu pecandu berat narkotika, juga menyenangi kehidupan malam beserta harem-haremnya selama tujuh tahun tanpa sekalipun menyempatkan diri menengani pemerintahan. Begitu jug Sultan Husein.

Penyebab penting lainya adalah karena pasukan ghulam(budak-budak) yang di bentuk oleh Abbas I tidak memiliki semangat perang yang tinggi seperti Qizilbash. Hal ini disebabkan karena pasukan tersebut tidak disiapkan secara terlatih dan tidak melalui proses yang dialami Qizilbash. Sementara itu, anggota Qizilbash yang baru ternyata tidak memiliki militansi dan semangat yang sama dengan anggota Qizilbash sebelumnya.

Tidak kalah penting dari sebab-sebab diatas adalah seringnya terjadi konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan di kalangan keluarga istana.

 

Kesimpulan

Kerajaan Safawi berasal dari sebuah tarekat yang berdiri di Ardabil, tarekat tersebut bernama Safawi. Kerajaan Safawi berada dipuncak kajayaan pada masa kekuasaan Abbas I. Banyak kemajuan yang yang dicapai kareajann Safawi antara lain dalam bidang politik, ekonomi, ilmu pengetahuan, dan bidang pembangunan fisik dan seni. Akan tetapi setelah Abbas meninggal merajaan Safawi mengalami kemunduran, di sebabkan karena raja yang memerintah sangat lemah, sering terjadinya konflik intern dalm perebutan kekuasaan di kalangan keluarga istana. Hanya dalam satu abad setelah ditinggalkan Abbas, jerajaan Safawi hancur.

More aboutPerkembangan Kerajaan Safawi di Persia