Indahnya Cinta Pertama

Posting by : Ongki sang jagoan blog on Minggu, 31 Januari 2010

By : Yiesy

Derai daun yang menjatuh untuk terakhir kalinya dalam akhir musim gugur yang begitu menyesakkan hati, aku begitu… begitu kangen sekali dengan keluarga dirumah. Keluarga besar hadinoyo, dikampung dengan aroma pedesaan yang kental, para tetanggaku yang dengan senantiasa memanggilku dengan panggilan mbak Andhan. Aku merindukannya, begitu merindukannya…

Peluhku kuhapus sekenanya, aku kembali berseluncur diatas sepatu rodaku sambil mengawasi beberapa konsumen. Sepertinya bakalan aman. Pikiranku masih menerawang saat aku memandang ibu-ibu yang keberatan membawa dua kantong plastik besar berisi sayur dan buah.

“Tugas makalah seni tari reog-ku masih 20%. Hasil wawancara dengan dosen pembimbing sudah kelar tapi aku lupa kemarin tidak aku ketik sekalian. Aransemen lagu, tugas Mr. Alei malah belum aku sentuh sama sekali. Dan yang paling parah adalah tugas membaca di perpustakaan untuk sastra, aku sama sama sekali belum menjejakkan kakiku kesana, mungkin aku juga tidak tahu perpustakaannya dimana…ugh, aku benci perpus”, pikiranku masih melayang-layang.

Brak!crot…

Reflek aku memungut beberapa buku yang terjatuh dengan tergesa-gesa. “Maaf seribu kali”, kataku gugup. Aku terlalu phobia untuk hal yang mendadak seperti ini.

“Fine”, ucapnya kaku. Begonya aku menumpahkan capuchinnonya. Dia berlalu sambil menahan amarah.

+_+

Hari ini benar-benar sudah aku niatin untuk bolos kuliah. Tugas-tugas itu rasanya akan mencekikku jika aku tidak segera menyelesaikannya. Baru saat makan siang aku beranjak dari depan PC-ku. Sambil melemaskan otot-ototku yang mendadak kaku, aku memilih makan di warung masakan padang. Sebenarnya jaraknya lumayan jauh sih dari kos, tapi aku lagi nyidam banget nih.

Lewat di kawasan Ndago begitu ramai. Ugh…panas sekali.

Crot…

“Maaf”, kata orang yang langsung melongok dari kaca mobil Suzuki swift. “seribu kali”, dia meneruskan sambil tersenyum. Senyum itu tiba-tiba menyengat hatiku.

Aku melihatnya dengan getir bercampur sebal setengah mati karena mengotori bajuku dengan Lumpur. Cowok yang kemarin aku tabrak di swalayan ternyata. “Fine”, aku teringat jawabannya.

Terpaksa aku teruskan jalan sepeda miniku, meski ada grundelan. Belum juga aku sampai ditempat, eh…aku lihat cowok itu terkapar dijalan. Bibirnya berdarah dan dia memegangi perutnya sambil menahan sakit sepertinya.

Aku mendekatinya, dia ketakutan. Aku bonceng ke kos dan aku balut lukanya. Entah setan apa yang merasuki aku, biasanya aku paling anti dalam urusan cowok. Tapi kali ini aku kasihan juga ngelihat mukanya yang so sweet begitu. Kayak Olga syahputra ajah.

Satu jam kayak seabad aja nunggu dia mendingan. Akhirnya bisa juga cerita kalau dia dipalakin orang gak nggenah. Aku meminjaminya HP untuk menelpon orang rumah.

“Kenapa manyun gitu?”, tanyanya sambil menatapku. Ugh…please jangan menatapku. Rasanya jantungku mau loncat dari atap gedung.

Aku Cuma bisa menggeleng lemah sambil melihat kearah PC-ku. Berharap aku seorang magician yang bisa menyulap tugasku selesai seketika.

+_+

Senin hari menyebalkan diseluruh dunia. Tugasku benar-benar belum kelar, kali ini terpaksa minjem laptop Mbak Raisya buat nglembur di kampus. Baru juga 10 menit duduk, eh udah ada yang mau nebeng duduk sambil nenteng makanan. Sebelum aku sempat melihatnya, dengan gesit meletakkan punch orange dan sepiring nasi goreng jawa kesukaanku dimeja.

“Kemarin udah ngobrol kesana kemari tapi kita belu kenalan. Egi”, tangannya benar-benar menggenggam tanganku. “Andhan”, sahutku setengah sadar.

Akhirnya dia yang selama ini aku impikan memakai baju zirah dengan kuda putih datang juga. Dari dulu aku percaya dia akan datang, entah itu kapan dan sekarang dia datang membawa secercah senyuman pagi hari sehangat mentari.

­+_+

{ 0 Coment... read them below or add one }

Posting Komentar